Kamis, 26 Februari 2015

Jelajah Negeri Laskar Pelangi

 Masih ingat dengan film Laskar Pelangi yang direalis tahun 2008 hasil adaptasi dari novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata? Film bertema edukasi berlatar keindahan Pulau Belitong tersebut mendapat perhatian banyak pihak, bahkan hingga mancanegara. 
Beruntung, pada awal tahun 2013 lalu saya dan sahabat saya, Yuneri berkesempatan berkunjung ke Belitung dan bertemu langsung dengan Andrea Hirata. Tepatnya, di Museum Kata, Jalan Laskar Pelangi, Kecamatan Gantong, Belitung Timur. 
Kami ngobrol banyak, karena beliau memang orang yang sangat supel. Dimulai dengan menanyakan asal kami, hingga cerita tentang geliat pariwisata disana. Menurut Andrea,  sejak "meledaknya" film Laskar Pelangi, bila dipersentasekan, kunjungan wisata meningkat hingga 1.300 persen!!! 
 Hal tersebut dilihat dari banyaknya jumlah pengunjung yang bertandang ke Museum Kata dan SD Muhammadiyah (SD Laskar Pelangi) yang dikelola pihaknya. Terlebih, baru saja dilaksanakan Festival Laskar Pelangi di penghujung tahun 2012.
“Memang luar biasa sekali peningkatannya, banyak orang beranggapan itu karena saya. Tapi saya bilang ‘tidak’ karena itu adalah jasa Riri Riza sang sutradara film,” ujarnya. 

Bersama Andrea Hirata di Museum Kata




Pantai Dimana-mana!
Selama kami berada di Belitong, mengunjung banyak tempat terutama pantai. Belitung memiliki banyak pantai menawan dengan karekterisik berbeda. Seperti halnya Pantai Bukit Batu atau yang juga dikenal dengan sebutan Pantai Ahok, karena lokasinya berada di kampung halaman Basuki Tjahaja Purnama di Kecamatan Damar, Kabupeten Belitong Timur.  

Pantai Bukit Batu  (Pantai Ahok)

 Pantai ini berada di balik bukit dan di sekelilingnya terdapat banyak batu granit berukuran besar. Semua tersusun rapi, sehingga kami pun bertanya-tanya apakah batu-batu itu sengaja disusun atau tersusun dengan sendirinya. 




Pasir di Pantai Bukit Batu ini pun agak berbeda dengan pasir kebanyakan, karena strukturnya lebih kasar seperti butiran kerikil berwarna coklat muda.

Untuk melihat keindahan Pantai Bukit Batu pengunjung dikenakan retribusi sebesar Rp 5000 per orang. Tidak jauh dari Pantai Bukit Batu ada pula Pantai Burong Mandi. Kata 'Burong' sendiri artinya adalah Burung. Pantai tersebut berada di Kampong Burong Mandi.   Di tepian pantai berjejer perahu warna-warni mencolok dari kejauhan. 

Perahu nelayan berjejer rapi di tepi Pantai Burong Mandi

Masih berdekatan dengan Pantai Burong Mandi, pengunjung juga dapat singgah berwisata ke Vihara Dewi Kwan Im. Vihara tersebut adalah tempat peribadatan yang kini juga dijadikan tempat wisata.

Vihara Dewi Kwan Im
  

Pantai lain yang tak kalah indah adalah Pantai Tanjung Kelayang yang terletak di Kabupaten Belitong Barat. Jika di Pantai Bukit Batu terdapat pasir menyerupai kerikil, maka berbeda lagi dengan pasir di Pantai Tanjung Kelayang, karena pasir dipantai ini begitu halus dan putih  bersih. Saking halusnya pasir menyerupai tepung terigu, ketika kaki melangkah di hamparan pasir tersebut pasirnya terasa begitu lembut. 
 Dari Pantai Tanjung kelayang ini kita dapat memandang kearah lautan yang membentang luas diselingi gradasi air laut yang warna-warni mulai dari coklat muda, hijau, muad, hijau tua, biru muda hingga biru tua. Di tengahnya terdapat  gugusan pulau-pulau yang juga dijadikan tujuan wisata seperti halnya Pulau Lengkuas yang terkenal itu. 


Pulau Lengkuas

Mercusuar Pulau Lengkuas







 Pulau Lengkuas memang digemari, karena pengunjung dapat menikmati pemandangan luar biasa dari atas mercusuar peninggalan bangsa Belanda. Namun,  bagi pengunjung yang ingin menikmati pemadangan dari atas mercusuar diharapkan menyiapkan tenaga ekstra dan minuman pelepas dahaga. Karena mercusuar ini terdiri 18 lantai dimana pada setiap lantainya memiliki 17 anak tangga.

Pemandangan dari lantai teratas mercusuar


 Untuk menuju Pulau Lengkuas tidaklah sulit, kita cukup menyewa perahu motor seharga Rp 300- Rp 400 ribu untuk tiap perahu, dengan muatan maksimal 10 orang. Perahu motor sendiri mudah didapatkan di tepi Pantai Tanjung Kelayang, dimana para nelayan biasa mangkal. Jarak tempuh dari pantai menuju Pulau Lengkuas sekitar 30 menit saja. 
Pantai Pulau Lengkuas
  Selain melihat laut dari ketinggian, pengunjung juga dapat berjemur di tepi pantai, bahkan diving atau snorkling karena pantai ini juga terkenal dengan keanekaragaman biota lautnya. Tidak perlu pusing mencari perlengkapan diving atau snorkling, karena biasanya pemilik perahu sudah menyediakannya, tinggal tambah ongkos sewa saja. Perlu diketahui biasanya pelampung juga sudah disediakan dan pengunjung tidak perlu menyewa lagi, karena sudah termasuk ke dalam tarif sewa perahu motor.
Dalam perjalanan menuju Pulau Lengkuas kami menjumpai pulau-pulau lain yang juga dapat disinggahi, diantaranya Pulau Burong, dinamakan demikian karena di pulau itu terdapat batu besa tersusun rapi menyerupai kepala burung. Kemudian ada Pulau Babi, menurut pemilik perahu motor yang kami tumpangi, Pak Tris, dinamakan Pulau Babi, karena dulunya di pulau tersebut memang terdapat babi. 
Selanjutnya ada juga Pulau Pasir, yaitu berupa onggokan pasir di tengah lautan namun untuk berkunjung ke Pulau Pasir harus pagi hari dimana air laut sedang surut, jika pengunjung datang di atas jam 12.00 WIB, maka alamat akan kecewa karena air laut sudah pasang.
Pemilik perahu  biasanya akan menanyakan apakah pengunjung akan singgah ke pulau-pulau tersebut, karena dengan senang hati ia pun akan mengantarkan sekaligus menjadi guide. Namun jangan takut biayanya akan mahal, karena tarif Rp 300-Rp 400 ribu sudah termasuk biaya berkeliling pulau-pulau itu. 
Selain pantai dan pulau yang telah disebutkan diatas, masih banyak lagi tempat yang harus dikunjungi. Seperti halnya Pantai Tanjung Tinggi yang lokasinya tidak begitu jauh dari Pantai Tanjung Kelayang. Pantai Tanjung Tinggi ini mirip dengan Pantai Bukit Batu, bedanya batu-batu di Pantai Tanjung Tinggi ukurannya lebih besar dan jumlahnya lebih banyak. 

 Pantai ini dulunya dijadikan tempat syuting Film Laskar Pelangi dan Sang Pemimpi dimana adegan tokoh Ikal dan teman-temannya berlari-larian mengitari batu-batu raksasa tersebut. Warna air laut di pantai ini tetap mempesona dengan gradasi warna yang indah. Bagi para pegunjung yang ingin mengunjungi pantai-pantai di Belitung sebaiknya berkunjung pada saat cuaca cerah dan tidak hujan beberapa hari, sebab jika sebelumnya hujan maka gradasi warna tidak begitu tampak.


Replika SD Muhammadiyah
Selain wisata pantai pengunjung juga dapat menikmti wisata sejarah lainnya seperti museum dan makam-makam bersejarah. Termasuk  replika SD Muhammadiyah atau yang kini disebut juga SD Laskar Pelangi, sekolah yang dulunya tempat ibu Muslimah mengajar itu kini dapat dijumpai di Kecamatan Gantong Kabupaten Belitung Timur. 
SD Laskar Pelangi
SD Muhammadiyah dulunya adalah tempat sekolah Andrea Hirata. Konon, para pemuda dari Belitung adalah pemuda jenius karena kebanyakan dapat meraih gelar cumlaud. Para pemuda ini memang kebanyakan melanjutkan pendidikan ke luar pulau, terumata ke Pulau Jawa. Namun demikian mereka tidak lupa akan tempat kelahiran, karena setelah menyelesaikan pendidikan mereka akan pulang ke kampung halaman dan mengabdikan diri di tanah kelahiran mereka.

SD Laskar Pelangi
 Kondisi bangunan SD Muhammadiyah secara keseluruhan memang memprihatinkan, mulai dari bangunannya yang reyot, atap bolong, meja dan kursi yang lapuk serta dinding-dinding yang dimakan rayap. Sekolah tersebut hampir roboh, untuk membuatnya tidak roboh ditambahkan dua kayu besar sebagai penyanggah. Hingga saat ini pun replika sekolah tetap dibiarkan seperti aslinya. 
Bagian dalam sekolah
 Tidak jauh dai replika SD Muhammadiyah terdapat bendungan peninggalan zaman Belanda yang dikenal dengan Bendungan Pice. Saat ini Bendungan Pice juga dijadikan tempat berkumpul atau tempat nongkrong anak muda.
Bendungan Pice
Transportasi dan Penginapan
Sepertinya pemerintah Belitong sengaja mempertahankan keasrian alam, sehingga hingga kiia tidak ada transportasi seperti angkutan umum, kereta, becak atau lainnya. Namun demikian, untuk menuju suatu tempat ke tempat lainnya masyarakatnya setempat masing-masing memiliki alat transportasi sendiri seperti mobil, sepeda motor dan kereta angin atau yang kita kenal dengan sepeda.
Tapi jangan berpikir bahwa Belitung adalah pulau tertinggal, karena bagi wisatawan yang tidak dapat menggunakan transportasi seperti di tempat kebanyakan dapat menyewa mobil atau sepeda motor. Jasa penyewaan ini bisa didapat di hotel atau penginapan setempat. Harga sewa yang ditawarkan pun adalah harga standar, untuk mobil misalnya disewakan dengan harga mulai dari Rp 250 ribu per hari. Sedangkan motor dipatok seharga Rp 60 ribu perhari.
Bagi kalian yang berminat untuk berkunjung ke Belitung jalur yang ditempuh begitu mudah. Dapat menggunakan jasa transportasi udara maupun transportasi laut. Tetapi saran saya, jika ingin berkunjung ke Belitung harap memesan tiket jauh-jauh hari, karena seperti yang diuangkapkan diatas, kunjungan wisata ke belitung meningkat hingga 1.300 persen. Oleh karena itu pengunjung yang berkunjung ke Belitung rmai, apalagi pada hari libur. Dari Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta ke Bandara H.AS.Hanandjoeddin, Tanjung Pandan hanya menempuh 50 menit penerbangan.
Untuk pengunjung dari Sumatera yang ingin menempuh jalur laut dapat mencapai Belitong dengan menaiki Kapal Cepat (Jetfoil) di Pelabuhan Boom Baru Palembang, Sumatera Selatan dengan waktu tempuh tiga jam menuju Pelabuhan Mentok, Pulau Bangka. Selanjutnya, naik tarvel menuju Pelabuhan Pangkal Pinang selama tiga jam untuk kembali naik Jetfoil menuju Pelabuhan Tanjung Pandan Pulau Belitong. Perjalanan dari Pangkal Pinang ke Pelabuhan Tanjung Pandan menggunakan Jetfoil (kapal cepat) akan ditempuh selama empat jam. Jadi waktu tempuh menggunakan jasa Jetfoil kurang lebih selama 10 jam.
Namun waktu tempuh akan lebih lama jika berpergian dengan menyeberang menggunakan Kapal Feri. Karena dari Pelabuhan Boom Baru ke Pelabuhan Mentok Pulau Bangka saja akan memakan waktu 12 jam, belum ditambah perjalanan menyebrang ke Pulau Belitung.
Jangan takut tidak mendapat penginapan yang layak, karena di Belitung tersedia berbagai jenis penginapan dari hotel hingga resort mewah. Lokasinya pun bisa pilih sendiri, apakah di tepi pantai atau di atas bukit, seperti penginapan Bukit Samak yang berlokasi di Kecamatan Manggar, Belitung Timur. Tarif yang ditawarkan pun terjangkau, mulai dari Rp 250 ribu permalam, Rp 350 ribu dan sebagainya.

Etnis Melayu dan Tionghoa
Penduduk asli Belitung terdiri dari etnis Melayu dan Tionghoa, kedua etnis ini hidup berdampingan rukun dan damai. Dalam berkomunikasi sehari-harinya masyarakat Belitong menggunakan bahasa Melayu, jadi walau berbeda bahasa dan logat, namun pengunjung masih dapat memahami apa yang diucapkan masyarakat setempat.

Beragam Makanan Khas
Sama seperti daerah lainnya Belitung mememiliki makanan khas, karena secara gaeografis Belitung adalah wilayah kepulauan, maka makanan khasnya banyak berasal dari laut. Seperti halnya gulai rempah kuning dengan bumbu khas Belitung dimana masyarakat setempat menyebutnya Gangan. Uniknya lagi masyarakat Belitung hanya memakan makanan laut dan tidak memakan ikan sungai. Menurut warga setempat, hal itu dikarenakan ikan sungai dirasa lebih amis daripada ikan laut. Sehingga mereka jarang, bahkan tidak pernah memakan ikan sungai. 

Yang kerap dijadikan oleh-oleh adalah makanan kering seperti getas dan keripik dari buah sukun. Makanan khas lainnya yang tidak boleh terlewatkan adalah Belacan atau yang kita kenal dengan terasi. Di Belitung terasi tidak dikemas menggunakan plastik, melainkan menggunakan wadah yang dibentuk sedemikian rupa menyerupai bakul yaitu wadah dari anyaman.  Harga jual terasi ini lumayan tinggi, karena berbeda dengan terasi lainnya, perkilo dijual dengan harga Rp 140 ribu. Terasi ini biasa dijual di Tanjung Pandan Belitung Barat atau di Pasar Lipat Kajang Kecamatan Manggar, Belitung Timur. Tapi perlu diingat pasar ini hanya buka di pagi hari, jangan sekali-kali datang siang hari karena pasar sudah tutup. 
Belacan khas Belitung

 Bakso adalah makanan yang disukai oleh hampir setiap orang. Di Belitung bakso mudah dijumpai, tetapi bukan bakso yang terbuat dari daging sapi, melainkan bakso ikan. Alasannya ya itu tadi, karena Belitung adalah wilayah maritim, maka hasil laut sungguh melimpah terutama ikan. Ikan pun dikelola sedemikian rupa menjadi aneka panganan, termasuk bakso.
Bakso ikan khas Belitong

Rujak “Aneh”
Jika pada umumnya rujak terbuat dari buah-buahan dengan bumbu kacang, gula merah dan cabe rawit, namun tidak demikian dengan rujak yang terdapat di Belitung. Karena menurut saya terlihat “aneh”, rujak disini adalah buah yang dimakan dengan hanya menggunakan garam. Tetapi garam yang dipakai bukan sembarang garam, melainkan garam Hamoy. 


 Garam ini adalah garam khas yang biasanya digunakan warga keturunan Tionghoa. Saat pertama kali mencoba rujak, lidah saya merasakan suatu yang berbeda, karena garam Hamoy memiliki sensasi rasa yang unik antara manis, asam, asin hingga sedikit rasa pahit yang berbaur jadi satu. Cara memakannya cukup dengan mencocolkan potongan buah ke garam.

Sayuran Mahal
Untuk makan sangat mudah ditemui di sini dan harganya pun standar, bahkan lebih murah dibanding harga makanan di tempat tinggal saya di Bengkulu. Yang mengagetkan adalah harga sayuran, karena  kondisi lahan di Belitung tidak mendukung menanam sayuran, maka menurut info yang saya terima dari pedagang setempat sayuran dipasok dari Pagar Alam, Sumatera Selatan. 

Suasana pasar pagi 

 Meski di Belitung ada juga petani sayuran, namun  harus berjuang keras menggarap lahan sehingga dapat ditanami sayuran seperti kangkung atau terong. Langkanya sayuran ini, menyebabkan harga jualnya pun melambung. Saya begitu kaget saat pedagang mengatakan bahwa harga sekilo sawi sebesar Rp 25 ribu.

1001 Warung Kopi
Ada kebiasaan masyarakat Belitong yang seakan membudaya yaitu minum kopi. Tradisi minum kopi tidak dilakukan di rumah, melainkan di warung kopi. Karena kebiaasaan masyarakat yang terus berkembang akhirnya munculah banyak warung kopi tepatnya berada di Kota Manggar di Belitung Timur. Oleh karena itu, Kota manggar dijuluki Kota 1001 Warung Kopi.


Walau namanya warung kopi, yang disediakan disana tidak hanya kopi melainkan berbagai jenis lainnya, seperti teh manis atau bahkan jus.  Warung kopi ini dijadikan tempat berkumpul, berdiskusi bahkan tempat bernegosiasi. Saking pentingnya arti warung kopi Andrea Hirata bahkan menceritakan warung kopi tersebut di beberapa tulisannya.

Dalam perjalanan ke Belitung ini saya dan Yuneri menemukan banyak hal baru, mulai dari beragam keunikan Belitong, hingga penduduknya yang ramah dan pemurah.  (Etri Hayati)

 


  

Gulai Jantung Pisang, Masakan Tradisonal yang Nyaris Terlupakan



Pisang merupakan tanaman yang mudah didapat di Indonesia, buahnya mengandung karbohidrat, vitamin B6, B Komplek, Vitamin C dan kaya mineral. Meski demikian ternyata tidak hanya buah pisang saja yang dapat dikonsumsi, melainkan juga jantungnya. Jantung pisang adalah bunga pisang yang sebagian akan menjadi buah pisang. 

Dinamakan ‘jantung’ karena bentuknya menyerupai jantung, namun jantung itu tersusun dari daun-daun pelindung berwarna merah kecokelatan yang saling menutupi dan bunga-bunganya tumbuh membentuk sisir. Jantung atau bunga pisang berjenis kelamin jantan dan betina, bunga betina tumbuh di bagian pangkal batang, bunga jantan tumbuhnya di bagian tengah, sedangkan gabungan bunga jantan dan betina yang disebut dengan bunga sempurna tumbuhnya di ujung tandan. Jantung pisang rasanya gurih dan lezat, dikonsumsi sebagai makanan pencuci mulut dan masakan tradisional. Namun saat ini masakan jantung pisang dapat dikategorikan sebagai makanan langka.


Di Bengkulu masakan jantung pisang populer di kalangan masyaraat Bengkulu Selatan yang gemar memasak gulai jantung pisang. Bahan dasar pembuatan gulai tersebut adalah jantung pisang yang berada diujung tandan. Namun sebelum memasak sebaiknya dipastikan terlebih dahulu apakah jantung pisang tersebut dapat dimasak atau tidak. Sebab jenis pisang tertentu memiliki rasa sepat, sehingga kurang nikmat dikonsumsi.

Untuk membuat olahan jantung pisang ini bahan yang harus disiapkan berupa 1 buah jantung pisang, setengah buah kelapa, siapkan pula bumbu berupa 2 siung bawang putih, 3 siang bawang merah, 3 buah cabe merah, jangan lupa garam dan bumbu penyedap rasa.


Cara membuatnya, belah jantung pisang, lalu buang kelopak yang berwarna merah dan coklat, ambil bunga dan kelopak putih dan lunak. Parut kelapa, lalu peras dan ambil santannya. Iris tipis bawang putih, bawang merah dan cabe tersebut, namun untuk irisan cabe merah dilakukan dengan cara menyerong agar tampilannya menarik.

Didihkan santan, lalu masukkan irisan bawang merah, bawang putih dan cabe merah aduk rata agar santan tidak pecah. Masukkan jantung pisang, diamkan sebentar lalu aduk rata, jika tidak jantung pisang akan berwarna hitam. Selanjutnya masukkan garam dan penyedap rasa. Masak diatas api sedang sekitar 10 menit, lalu hidangkan. Selamat mencoba resep ini, dijamin sekali mencoba Anda akan ketagihan. (Etri Hayati)