Siapa sih yang nggak tahu
Borobudur? Dulu sewaktu SD saya ingat betul kalau candi Borobudur merupakan
satu dari tujuh keajaiban dunia. Bangunan megah dan relegius tersebut dengan
mudah ditemui pada sampul buku atau pun menjadi bahasan dalam meteri pelajaran
di sekolah. Kini Borobudur telah ditetapkan UNESCO sebagai warisan budaya dunia.
So... kita sebagai orang Indonesia pasti bangga banget kan?
Saya sendiri sudah lama
ingin mengunjungi situs sejarah yang fenomenal ini, bersyukur kesempatan
tersebut saya dapatkan. Saya pertama kali menginjakan kaki di pelataran
Borobudur pada 13 Februari 2017 lalu. Bersama tiga teman dari
lainnya (kami dari Bengkulu) perjalanan ke Borobudur di mulai dari Yogyakarta,
karena kami menginap di Kaliurang. Dengan menggunakan sepeda motor yang kami
dapatkan dengan harga sewa sebesar Rp 50 ribu perhari, perjalanan dari
Yogyakarta menuju Borobudur sekitar 1,5 jam. Waktu tempuh tersebut terbilang
lama (karena banyak istirahatnya hehe), biasanya hanya sekitar satu jam saja.
Dan bagi yang belum ke
Borobudur ini penting banget (saya sendiri baru tahu saat di Borobudur).
Ternyata Borobudur berlokasi di Magelang, Jawa Tengah bukan di Yogyakarta
seperti yang saya baca dari beberapa sumber. Memang Yogya dan Megelang
berdampingan dan mayoritas mempunyai karekteristik yang sama, tapi beda
provinsi ya...
So... lanjut cerita
lagi ya... sesampainya di gerbang gapura Borobudur hawa terasa berbeda, apalagi
di sisi kiri-kanan jalan terdapat persawahan yang cukup luas. Namun untuk
memasuki komplek candi masih harus berkendara sekitar beberapa menit.
Ternyata komplek Candi
Borobudur ini cukup luas. Menuju pintu masuk terdapat gerai souvenir yang menyediakan
aneka keperluan wisatawan mulai dari topi, kacamata hingga oleh-oleh bernuansa
Borobudur. Saat itu kami tiba sekitar jam 10.00 WIB dan cuaca sangat terik. Awalnya
kami ingin berjalan santai mengelilingi komplek candi, akhirnya membatalkan
niat tersebut, dengan alasan menghemat energi haha...
FYI, sebelum memasuki
komplek candi ada beberapa aturan yang terpampang di layar pengumuman. Salah satunya
mengenai larangan penggunaan drone di area candi. Saya sendiri membawa drone
saat itu, niatnya sih mau ambil gambar candi dari sudut yang berbeda. Tapi
sebagai pengunjung kita harus mematuhi aturan, jadi drone saya dianggurin aja
pada waktu itu. Larangan penerbangan drone ini juga berlaku di Candi Prambanan,
Candi Ijo dan candi lainnya. Bila tetap ingin mengambil gambar menggunakan
drone untuk keperluan tertentu ada prosedur yang harus dijalani terlebih dahulu,
seperti mengurus perizinan.
Selain larangan membawa
drone disini juga dilarang memanjat stupa, merokok, mencoret-coret bagian candi
dan menggunakan busana minim seperti celana pendek dan rok pendek. Untuk menghormati
tempat ibadah pengunjung yang datang dengan celana pendek atau rok pendek akan
dipinjamkan kain untuk menutupi bagian tersebut.
Setelah membayar
retribusi yang kala itu sebesar Rp 30 ribu perorang (mungkin sekarang harganya sudah
berbeda), kami melewati pemeriksaan barang bawaan, kami akhirnya memutuskan
untuk menggunakan kereta taman agar perjalanan lebih cepat dan tidak kehausan. Tarif
menaiki kereta taman ini sebesar Rp 7500 perorang, pengunjung juga diberi sebotol air minerel berlabel “Borobudur”. Asyiknya
dengan kereta ini pengunjung dapat mengelilingi taman dengan santai sambil
merasakan asrinya pepohonan di sekitar. Hingga akhirnya tiba di pemberhentian yang
tepat di depan pintu utama candi.
Sebelum menaiki tangga
candi para petugas mengingatkan pengunjung yang mengenakan rok atau celana
pendek untuk memakai sarung terlebih dahulu. Sarung yang dimaksud telah
disedikan panitia dan harus dikembalikan setelahnya.
Cuaca yang terik
membuat kami mengernyitkan kening dan menutupi kepala dengan telapak tangan.
Beruntung disini ada penyewaan payung, cukup dengan bayar Rp 5000 penggunaan
payung tanpa dibatasi waktu. Setelah digunakan payung tersebut dikembalikan
pada petugas yang telah menunggu di pintu keluar.
Yup... kami pun menginjakkan
kaki di Borobudur dan antusias menaiki anak tangga yang cukup tinggi satu demi
satu, sambil sesekali meneguk air mineral. Dan inilah video kunjungan saya di Borobudur.
So Amazing Borobudur...
Video Etri Hayati - Amazing Borobudur
Tidak ada komentar:
Posting Komentar